sebenarnya tidak acuh.
kita saja yang mendesak itu menjadi sesuatu yang dekat dan kian tidak samar.
sebenarnya terlalu tinggi.
kita saja yang mendesak semua menjadi semakin singkat dan kian tidak berjarak.
apalah..!
apapun.
tetap kita yang membuat semua menjadi banjir hasrat dan emosi yang kian menenggelamkan.
sudahlah..
abaikan saja..
nanti kelak juga akan tergerus dengan memori baru selanjutnya.
sudahlah..
abaikan saja..
risaukan yang samar..
teruskan saja jalan yang sudah ada..
Kamis, 29 Desember 2011
susah bicara
kalau iya
kenapa harus malu
kalau iya
kenapa harus takut
kalau iya
kenapa harus menjauh
kalau iya
kenapa tidak jujur
kalau iya
kenapa tidak mendekat
kalau iya
kenapa selalu bungkam
Kalau iya
Kenapa tidak bicara
kenapa harus malu
kalau iya
kenapa harus takut
kalau iya
kenapa harus menjauh
kalau iya
kenapa tidak jujur
kalau iya
kenapa tidak mendekat
kalau iya
kenapa selalu bungkam
Kalau iya
Kenapa tidak bicara
Minggu, 04 Desember 2011
Sabtu, 03 Desember 2011
asa.
ketika ego mulai menguat.
ketika rasa sudah diasingkan.
ketika intuisi sama sekali tak bersimbio.
ketika saya tak lagi kenal pikiran dan pemikiran.
ketika kamu hanya sekedar ucapan.
ketika dia mengalihkan semua semu.
ketika semua tak lagi kenal sapa.
kenapa?
ada apa?
saya dimana?
semua tanya demi tanya terus berdesak di atas pikiran dan pemikiran.
ketika rasa sudah diasingkan.
ketika intuisi sama sekali tak bersimbio.
ketika saya tak lagi kenal pikiran dan pemikiran.
ketika kamu hanya sekedar ucapan.
ketika dia mengalihkan semua semu.
ketika semua tak lagi kenal sapa.
kenapa?
ada apa?
saya dimana?
semua tanya demi tanya terus berdesak di atas pikiran dan pemikiran.
fiktif
ternyata hanya bayangan
yang mencoba mengungkap di balik kaca
ternyata hanya ilusi
yang senang bermain dengan imaji
ternyata bukan nyata
ia masih berselimut maya
ternyata bukan rasa
melainkan hanya sebuah asa
ternyata hanya fiktif,
yang berbalut narasi belaka.
dimana nyata?
dimana rasa?
dimana saya?
yang mencoba mengungkap di balik kaca
ternyata hanya ilusi
yang senang bermain dengan imaji
ternyata bukan nyata
ia masih berselimut maya
ternyata bukan rasa
melainkan hanya sebuah asa
ternyata hanya fiktif,
yang berbalut narasi belaka.
dimana nyata?
dimana rasa?
dimana saya?
Langganan:
Postingan (Atom)